Kamis, 30 Januari 2014

EKSPLORASI PROSES PENCIPTAAAN KARYA SENI KERAJINAN



EKSPLORASI PROSES PENCIPTAAAN
KARYA SENI KERAJINAN



OLEH KELAS V.B


NAMA PEMBINA      : M. TAHIR




PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
TAHUN 2012







PENGANTAR
Sentra kerajinan tenun Lombok terletak di Desa Sukarara, Kecamatan Jonggot, Kabupaten Lombok Tengah. Dari Mataram, kita bisa menempuhnya dalam waktu sekitar 30 menit dengan kendaraan pribadi atau taksi. Jangan berharap pada kendaraan umum. Maklum, kendaraan umum di pulau ini terbatas, baik dalam jumlah maupun waktu operasionalnya.
Kita harus menelusuri Jalan Raya Praya, satu-satunya jalan raya besar yang mengarah ke Sukarara. Sentra tenun ini terletak di dekat pasar dan masjid di Sukarara. Untuk menuju pusat tenun, kita berbelok dan masuk ke gang yang kondisi jalannya beraspal seadanya. Kira-kira 500 meter dari jalan raya, kita akan menemukan beberapa rumah yang menyediakan tenun. Di sinilah pusat penjualan berbagai tenun Lombok.
Di barisan paling depan sentra ini ada UD Dharma Setya, salah satu pembuat tenun yang cukup besar. Produksi tenun Dharma Setya dilakukan di lokasi penjualan dan di rumah penduduk.
Para penduduk Sukarara, terutama para perempuan memang wajib belajar menenun. Sejak usia kanak-kanak para perempuan tersebut sudah diajari menenun kain dengan motif yang sederhana.
Budaya tenun diwariskan dari orang tua ke anak-anak mereka. Para ibu mewariskan brire, salah satu alat untuk menenun kepada anak perempuannya. Tenun menjadi salah satu warisan penting di Sukarara. Di desa lain, perempuan tidak wajib belajar tenun, hanya di Sukarara
Kewajiban perempuan Desa Sukarara bisa menenun menjadi aturan yang masih berlaku hingga sekarang ini. Menurut awe-awe adat, perempuan yang belum bisa menenun tidak boleh menikah.
Kain tenun di Lombok terdiri dari dua jenis, yaitu tenun ikat dan songket. Kain tenun ikat dikerjakan oleh para lelaki. Dalam sehari mereka bisa menghasilkan hingga tiga meter kain tenun ikat. Adapun Para perempuan menenun songket. Dalam sehari, mereka cuma mampu menenun maksimal 15 cm songket.
Ada aturan unik perempuan Desa Sukarara yang belum bisa menenun tapi berani menikah bisa terkena denda. Dendanya berupa uang, padi, atau beras. Aturan soal tenun ini tidak berlaku bagi kaum lelaki, meski ada pula lelaki yang bekerja sebagai penenun kain ikat.
Memang aturan ini tampak diskriminatif. Namun, rupanya ada alasan logis yang mendasari aturan ini. Karena perempuan tidak bisa menenun lalu kawin dan punya anak, maka mereka tidak ada penghasilan yang akan digunakan untuk menghidupi keluarga mereka. Itu menurut salah satu sumber yang kami wawancarai.
 Keterampilan menenun menjadi satu pegangan hidup bagi perempuan Sukarara. Jadi aturan ini memang buat para perempuan itu sendiri agar bisa mandiri dan menghidupi dirinya. Di Sukarara, pemberdayaan perempuan sudah mulai sejak zaman dulu.



















DHARMA SETYA ARTSHOP

A.      SEJARAH
1.      Sejarah Kain Songket di Indonesia
Penenunan songket secara sejarah dikaitkan dengan kawasan permukiman dan budaya Melayu, dan menurut sementara orang teknik ini diperkenalkan oleh pedagang India atau Arab. Menurut hikayat rakyat Palembang, asal mula kain songket adalah dari perdagangan zaman dahulu di antara Tiongkok dan India. Orang Tionghoa menyediakan benang sutera sedangkan orang India menyumbang benang emas dan perak, maka jadilah songket. kain songket ditenun pada alat tenun bingkai Melayu. Pola-pola rumit diciptakan dengan memperkenalkan benang-benang emas atau perak ekstra dengan penggunaan sehelai jarum leper.
Tidak diketahui secara pasti dari manakah songket berasal, menurut tradisi Kelantan teknik tenun seperti ini berasal dari utara, yakni kawasan Kamboja dan Siam, yang kemudian berkembang ke selatan di Pattani  dan akhirnya mencapai Kelantan dan Terengganu sekitar tahun 1500-an. Industri kecil rumahan tenun songket kini masih bertahan di pinggiran Kota Bahru dan Terengganu. Akan tetapi menurut penenun Terengganu justru para pedagang Indialah yang memperkenalkan teknik menenun ini pertama kali di Palembang dan Jambi, yang mungkin telah berlaku sejak zaman Sriwijaya (abad ke-7 sampai ke-11).
Menurut tradisi Indonesia sendiri, kain songket nan keemasan dikaitkan dengan kegemilangan Sriwijaya, kemaharajaan niaga maritim nan makmur lagi kaya yang bersemi pada abad ke-7 hingga ke-13 di Sumatera. Hal ini karena kenyataan bahwa pusat kerajinan songket paling mahsyur di Indonesia adalah kota Palembang. Songket adalah kain mewah yang aslinya memerlukan sejumlah emas asli untuk dijadikan benang emas, kemudian ditenun tangan menjadi kain yang cantik. Secara sejarah tambang emas di Sumatera terletak di pedalaman Jambi dan dataran tinggi Minangkabau. Meskipun benang emas ditemukan di reruntuhan situs Sriwijaya di Sumatera, bersama dengan batu mirah delima yang belum diasah, serta potongan lempeng emas, hingga kini belum ada bukti pasti bahwa penenun lokal telah menggunakan benang emas seawal tahun 600-an hingga 700-an masehi. Songket mungkin dikembangkan pada kurun waktu yang kemudian di Sumatera. Songket Palembang merupakan songket terbaik di Indonesia baik diukur dari segi kualitasnya, yang berjuluk “Ratu Segala Kain”. Songket eksklusif memerlukan di antara satu dan tiga bulan untuk menyelesaikannya, sedangkan songket biasa hanya memerlukan waktu sekitar 3 hari. Mulanya kaum laki-laki menggunakan songket sebagai destar, tanjak atau ikat kepala. Kemudian barulah kaum perempuan Melayu mulai memakai songket sarung dengan baju kurung.
Dokumentasi mengenai asal-usul songket masih tidak jelas, kemungkinan tenun songket mencapai semenanjung Malaya melalui perkawinan atau persekutuan antar bangsawan Melayu, karena songket yang berharga kerap kali dijadikan maskawin atau hantaran dalam suatu perkawinan. Praktik seperti ini lazim dilakukan oleh negeri-negeri Melayu untuk mengikat persekutuan strategis. Pusat kerajinan songket terletak di kerajaan yang secara politik penting karena bahan pembuatannya yang mahal; benang emas sejatinya memang terbuat dari lembaran emas murni asli.

2.      Sejarah Kain Songket di Lombok
Sebelum kerajinan Songket menjadi usaha warga desa di sukarare, songket lombok lebih dulu dikenalkan dari Dusun Gantar Desa Ganti Kecamatan Praya Timur Lombok Tengah. Hal ini dikatakan Amak Ati, lelaki berumur 75 tahun Menurut cerita beliau, kerajinan Songket di Dusun Gantar Desa Ganti Kecamatan Praya Timur ini sudah berlangsung turun temurun. Bahkan, Menurut Amak Ati, tahun-tahun 80-an masih banyak warga Sukarare yang belajar membuat Songket di Dusun ini.
Perihal asal muasal songket, Amak Ati berkisah, tahun 1970-an, ada seorang asal bali berketurunan India yang dibawa warga ke dusun tersebut dan mengenalkan kerajinan songket kepada warga. “Kalo songket asli yang dulu nak, dibuat dengan bahan sutera dan mas, suteranya dibawa dari Arab dan Emasnya dibawa dari India” Katanya.
Dusun Gantar termasuk dusun yang dulunya memproduksi songket sangat besar. Bahkan Bali sering memesan orderan dari warga. Namun, seiring waktu dan tak adanya generasi yang suka dengan pekerjaan ini, menenun songket mulai ditinggalkan.sehingga kini, sentra pembuatan songket beralih ke desa sukarare.

B.      PROSES PEMBUATAN KERAJINAN
1.      Kain Tenun Songket
a.       Pengadaan Bahan & Alat
Bahan yang digunakan dalam pembuatan kain tenun songket adalah :
·         Pewarna
Para penenun menggunakan berbagai pewarna untuk mewarnai benang tenun. Tenun lombok biasanya memiliki warna-warna alam seperti hitam dan cokelat. Warna-warna alam ini berasal dari pewarna alami.
Para penenun menggunakan serat pohon mahoni untuk cokelat kemerahan, batang jati untuk warna cokelat muda, biji asam untuk warna cokelat tanah, dan batang pisang busuk untuk cokelat tua. Selain itu, para warga Sukarara menggunakan campuran anggur dan kulit manggis untuk bahan warna alami ungu.
Selain menggunakan pewarna alam para perajin juga menggunakan pewarna kimia untuk warna-warna lain seperti merah muda, hijau muda, kuning, dan warna-warna yang sulit didapat dari pewarna alam.
Warna alam biasanya dipakai untuk tenun ikat. Sedangkan songket memiliki warna yang lebih cerah dengan aksen emas.
·         Benang
benang yang digunakan adalah benang maris dan benang emas. Benang maris biasanay mereka peroleh dengan carramembelinya langsung di toko. Pada zaman dulu, benang yang digunakan biasanya benang yang terbuat langsung dari kapas. Untuk benang emas mereka peroleh juga dengan membelinya ditoko-toko industri.
Alat yang digunakan adalah :
·         Andir ( alat pemintal benang)
·         Erek-erek (alat merapikan benang)
·         Tanek (alat menggulung benang)
·         Alat sesek (yang terdiri dari lekot, apit, suri, berire, penggun, lelidi, tutuk, jajak, batang, terudat, pemberat)
b.      Membuat Desain
Dalam pembuatan desain kain songket, penenun biasanya tidak membuat desain dalam bentuk gambar melainkan langsung membuat kain songket tersebut. Desai songket yang akan dibuat sudah dikonsepkan dalam pikiran dan langsung dieksplorasi pada saat menenun kain tersebut. Desain yang dibuat biasanya sesuai dengan pesanan konsumen dan sesuai yang diinginkan oleh penenun tersebut.
c.       Proses Pengerjaan
a.       Benang-benang yang sudah dibeli diberikan warna. Pemberian warna pada benang sesuai dengan warna yang diinginkan. Pewarnaan dilakukan dengan cara direbus dan dijemur hingga kering. Perebusan dilakukan supaya warna tidak cepat pudar.
b.      Setelah pewarnaan, benang-benang yang belum beraturan digulung dengan rapi dengan menggunakan erek-erek, agar mudah di gunakan pada saat proses pembuatan kain tenun (disesek).

c.       Menyusun benang–benang yang telah dipintal tersebut kedalam alat sesek. Supaya benang-benang tersebut tersusun secara rapi dan sesuai pola tenun yang dibuat maka digunakanlah alat yang berbentuk sisir-sisir yang memisahkan benang-benang tersebut secara rapi. Benang disusun secara vertikal.  Adapun panjang lebar susunan sesuai panjang dan lebar kain yang akan dibuat.
d.      Selain benang yang disusun vertikal juga disediakan benang dalam gulungan sebanyak warna motif yang akan dibuat yang akan dimasukkan secara horizontal dengan arah yang berlawanan.
e.       Setelah benang-benang tersebut tersusun rapi, penenun bisa mulai membuat kain tenun. Dalam pembuatan kain tenun ini, motif yang mereka buat  biasanya sesuai dengan pesanan para konsumen.
f.        Setelah benang vertikal selesai, masukkanlah benga yang sudah digulung kedalam sela-sela benangvertikal tadi secara horizontal dengan arah yang berlawanan
g.       Setiap kali memasukkan benang horizontal, maka masukkanlah berira untuk merapatkan benang tersebut. Lakukan berulang kali hinggga menjadi sehelai kain.

2.      Kain Tenun Ikat
a.       Pengadaan Bahan & Alat
Bahan yang digunakan dalam kain tenun ikat adalah benang (benang maris) dan pewarna.  Pewarna yang digunakan dalam pembuatan kain tenun ikat adalah pewarna alam dan sintesis. Untuk pewarna alam, cama dengan pewanaan benang untuk kain songket. Para penenun menggunakan serat pohon mahoni untuk cokelat kemerahan, batang jati untuk warna cokelat muda, biji asam untuk warna cokelat tanah, dan batang pisang busuk untuk cokelat tua. Selain itu, para warga Sukarara menggunakan campuran anggur dan kulit manggis untuk bahan warna alami ungu.
Untuk pewarna kimia biasanya warna-warna lain seperti merah muda, hijau muda, kuning, dan warna-warna yang sulit didapat dari pewarna alam.
Sedangkan alat-alat yang yang digunakan dalam pembuatan kain tenun ikat masih sangat tradisional yaitu ATBM (Alat tenun Bukan Mesin)
b.      Membuat Desain
Pembuatan desain dalam kain tenun ikat adalah dengan cara :
1.      Menyusun benang tersebut menjadi rapi dengan cara benang tersebut diikat pada sebuah alat berbentuk seperti tempat penjemur pakaian mengggunakan tali rafia. Benang-benang tersebut haris diikat dengan kencang supaya memudahkan dalam menggambar desain yang akan dibuat. Setelah diikat, mulaialah desain yang diinginkan digambar pada susunan benang tersebut.  Motif yang biasa dibuata adalah motif dengan ornamen simetris, segi empat, tumbuhan, burung, binatang, zig zag dan yang lainnya, yang tersusun secara berderet atau selang seling.
2.      Setelah pembuatan gambar desain selesai, selanjutnya pola desain tersebut diikat dengan menggunakan tali rafia sesuai dengan pola desain yang akan dibuat. Dalam mengikat benang-benang tersebut harus diikat dengan rapi dan rapat supaya pada saat pewarnaan, desain yang sudah dibuat tidak rusak atau tercampur dengan warna lain. Pemberian warna dimulai dengan warna yang gelap dulu kewarna yang lebih muda. Hal ini nertujuan supaya warna yang lebih muda tidak tertupi oleh warna yang lebih tua tersebut.
c.       Proses Pengerjaan
1.      Pada proses pewarnaan, motif-motif yang sudah diikat dengan menggunakan tali rafia tersebut dilepas berdasarkan pola warna yang diinginkan, dan dilanjutkan dengan warna berikutnya. Setelah itu benang dijemur atau diangin-anginkan. Selanjutnya disusun dalam alat sesek dengan rapi.
2.      Setelah tersusun rapi, mulailah penenun menyesek kain tersebut, proses pengerjaannya hampir sama dengan proses pembutana kain tenun songket, bedanya adalah alat yang digunakan lebih besar dan diopersikan oleh penenun laki-laki. Sedangkan kain tenun songket biasanya lebih kecil dan dioperasikan oleh para penenun perempuan. Panjang dan lebar kain tenun ikat biasanya dibuat sampai puluhan meter.

3.      Kain Batik Lombok
Batik lombok adalah batik yang prose, alat dan bahan pembuatnya sama dengan batik-batik lainnya. Batik lombok mempunya ciri khas yaitu pada motif yang dibuat seperti motif lumbung, tokek, dan motif-motif khas lainnya.
a.       Pengadaan Bahan & Alat
Bahan yang digunakan yaitu kain katun atau sutra, lilin malam dan pewarna. Pewarna yang digunakan adalah pewarna alam dan pewarna kimia. Jenis warna alam yang digunakan sama saja dengan bahan pewarna yang digunakan untuk kain tenun songket dan tenun ikat.
Alat-alat yang digunakan antara lain :
1.      Pensil, meja kaca dan gambar motif pada kertas
Dgunakan untu membuat atau menggambar motif pada kain dengan cara dijiplak
2.      Pemanas lilin malam
Untuk menutupi warna pada motif yang diinginkan pada proses pewarnaan
3.      Canting dan kuas
Untuk meletakkan cairna lilin malam pada kain sesuai dengan mitif. Kuas digunakan untuk motif-motif yang lebih besar. Sedangkan canting digunakan untuk motif-motif yang lebih rumit dan kecil.
b.      Membuat Desain
Desain dibuat dengan menjiplak gambar desain yang sudah ada pada kertas sablon dengan menggunakan pensil. Letakkan diatas kertas yang sudah ada motifnya, lalu jiplak dan ikuti gambar sampai selesai.

c.       Proses Pengerjaan
1.      Setelah pola digambar diatas kain, mulai membatik dengan mengggunakan lilin/malam. Tutupi kain dengan lilin/malam sesuai pola.
2.      Kain yang sudah diberi lilin/malam kemudian dicelup untuk mendapat warna.
3.      Kain yang sudah diwarna ini kemudian diangin-anginkan.

4.      Setelah diangin-anginkan, kain tersebut masih mengulangi proses nomer 3 (diberi lilin/malam sesuai pola) dan proses nomer 4 (dicelup warna). Proses ini terus dilakukan hingga diperoleh warna yang diingankan atau tergantung jumlah warna yang diinginkan pada kain. Lilin/malam mulai menutupi pola yang mendapatkan warna muda menuju warna lebih tua.
5.      Setelah mendapat warna yang diinginkan pada kain, selanjutnya kain direbus untuk menghilangkan lilin/malam pada proses membatik.
6.      Kain diangin-anginkan
7.      Jadilah sebuah kain batik tulis Lombok. Lamanya pengerjaan sehelai kain batik tergantung pada motif dan warna.

C.      PROSES PEMASARAN
Proses pemasaran hasil kerajinan dari UD.DHARMA SETIA baik itu berupa songket tenun, tenun ikat, maupun batik dapat di lakukan dengan pemesanan langsung oleh konsumen, atau dijajakan dan di pamerkan di Artshop Dharma Setia yang sekaligus satu lokasi dengan pembuatannya, pemasaran juga di lakukan dengan mengikuti demo yang sering di adakan oleh pemerintah dalam event pameran dagang. Dengan begitu pemesanan pun banyak di lakukan oleh turis asing maupun wisatawan luar daerah, bahkan oleh pemerintah saat akan mengadakan sebuah event. Proses pembuatan yang lama pun sangat berpengaruh pada harga, sehingga sangat jarang masyarakat lombok menggunakan atau membeli songket buatan lombok sendiri.

D.     KETERLIBATAN PEMERINTAH
Peran Pemerintah Daerah (Pemda) belum maksimal untuk mendorong hasil market kain tenun songket khas Lombok. Pembinaan yang diberikan Pemda pun terkesan "asal sudah", sehingga sebagian besar pengusaha kain tenun tak bisa berbuat banyak untuk meningkatkan nilai pemasarannya. Bahkan produk pabrik kain tenun luar daerah bisa masuk ke wilayah Sukarara. Seperti dalam event pameran dagang pada HARGANAS, pihak Pemda sama sekali tidak memberikan informasi. Jadi, dalam bidang pemasaran pemerintah tidak memiliki andil. Pemasaran di lakukan sendiri oleh industri melalui pemesanan ataupun pembelian langsung yang di lakukan oleh turis mancanegara ataupun wisatawan luar daerah.
Namun, Untuk mempertahankan keberadaan tenun Sukarara, Dharma Setya pun sekalian menjadi semacam koperasi buat para penenun. Karena Sukarara merupakan satu-satunya tempat pembuatan tenun, Dinas Koperasi dan UKM NTB pun turun tangan membina para penenun dan pengusaha tenun desa ini. Memang pemerintah juga ikut turun tangan meskipun tidak maksimal.






PENUTUP

Kerajinan kain tenun di lombok khususnya di Desa Sukerare didominasi dengan kerajinan kain tenun songket dan kain tenun ikat. Adapun kain batik lombok masih sangat jarang diproduksi karena masih langkanya perajin kain batik lombok yang yang bisa menciptakan kain batik khas lombok dengan motif dan gaya warna yang khas dengan ciri-ciri daerah lombok. 
Penggunaan alat sesek kain tenun lombok masih sangat tradisional. Masyarakat sukerare masih mempertahankan pembuatan kain tenun songket maupun kain tenun ikat dengan cara tradisinal dan menggunakan pewarna-pewarna alam.
Pemasaran untuk hasil-hasil karya merekapun masih di lakukan dengan pemesanan langsung oleh konsumen, atau dijajakan dan di pamerkan di Artshop Dharma Setia yang sekaligus satu lokasi dengan pembuatannya, pemasaran juga di lakukan dengan mengikuti demo yang sering di adakan oleh pemerintah dalam event pameran dagang. Dengan begitu pemesanan pun banyak di lakukan oleh turis asing maupun wisatawan luar daerah, bahkan oleh pemerintah saat akan mengadakan sebuah event. Proses pembuatan yang lama pun sangat berpengaruh pada harga, sehingga sangat jarang masyarakat lombok menggunakan atau membeli songket buatan lombok sendiri.