EKSPLORASI PROSES PENCIPTAAAN
KARYA SENI KERAJINAN
OLEH KELAS V.B
NAMA PEMBINA : M.
TAHIR
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
TAHUN 2012
PENGANTAR
Sentra kerajinan tenun
Lombok terletak di Desa Sukarara, Kecamatan Jonggot, Kabupaten Lombok Tengah.
Dari Mataram, kita bisa menempuhnya dalam waktu sekitar 30 menit dengan
kendaraan pribadi atau taksi. Jangan berharap pada kendaraan umum. Maklum,
kendaraan umum di pulau ini terbatas, baik dalam jumlah maupun waktu
operasionalnya.
Kita harus menelusuri Jalan
Raya Praya, satu-satunya jalan raya besar yang mengarah ke Sukarara. Sentra
tenun ini terletak di dekat pasar dan masjid di Sukarara. Untuk menuju pusat
tenun, kita berbelok dan masuk ke gang yang kondisi jalannya beraspal seadanya.
Kira-kira 500 meter dari jalan raya, kita akan menemukan beberapa rumah yang
menyediakan tenun. Di sinilah pusat penjualan berbagai tenun Lombok.
Di barisan paling depan
sentra ini ada UD Dharma Setya, salah satu pembuat tenun yang cukup besar.
Produksi tenun Dharma Setya dilakukan di lokasi penjualan dan di rumah
penduduk.
Para penduduk Sukarara,
terutama para perempuan memang wajib belajar menenun. Sejak usia kanak-kanak
para perempuan tersebut sudah diajari menenun kain dengan motif yang sederhana.
Budaya tenun diwariskan
dari orang tua ke anak-anak mereka. Para ibu mewariskan brire, salah satu alat
untuk menenun kepada anak perempuannya. Tenun menjadi salah satu warisan
penting di Sukarara. Di desa lain, perempuan tidak wajib belajar tenun, hanya
di Sukarara
Kewajiban perempuan Desa
Sukarara bisa menenun menjadi aturan yang masih berlaku hingga sekarang ini. Menurut
awe-awe adat, perempuan yang belum bisa menenun tidak boleh menikah.
Kain tenun di Lombok
terdiri dari dua jenis, yaitu tenun ikat dan songket. Kain tenun ikat
dikerjakan oleh para lelaki. Dalam sehari mereka bisa menghasilkan hingga tiga
meter kain tenun ikat. Adapun Para perempuan menenun songket. Dalam sehari,
mereka cuma mampu menenun maksimal 15 cm songket.
Ada aturan unik perempuan
Desa Sukarara yang belum bisa menenun tapi berani menikah bisa terkena denda.
Dendanya berupa uang, padi, atau beras. Aturan soal tenun ini tidak berlaku
bagi kaum lelaki, meski ada pula lelaki yang bekerja sebagai penenun kain ikat.
Memang aturan ini tampak
diskriminatif. Namun, rupanya ada alasan logis yang mendasari aturan ini. Karena
perempuan tidak bisa menenun lalu kawin dan punya anak, maka mereka tidak ada
penghasilan yang akan digunakan untuk menghidupi keluarga mereka. Itu menurut
salah satu sumber yang kami wawancarai.
Keterampilan menenun menjadi satu pegangan
hidup bagi perempuan Sukarara. Jadi aturan ini memang buat para perempuan itu
sendiri agar bisa mandiri dan menghidupi dirinya. Di Sukarara, pemberdayaan
perempuan sudah mulai sejak zaman dulu.
DHARMA SETYA ARTSHOP
A.
SEJARAH
1.
Sejarah Kain Songket di Indonesia
Penenunan
songket secara sejarah dikaitkan dengan kawasan permukiman dan budaya
Melayu, dan menurut sementara orang teknik ini diperkenalkan oleh pedagang
India atau Arab. Menurut hikayat rakyat Palembang, asal mula kain songket
adalah dari perdagangan zaman dahulu di antara Tiongkok dan India. Orang
Tionghoa menyediakan benang sutera sedangkan orang India menyumbang benang emas
dan perak, maka jadilah songket. kain songket ditenun pada alat tenun bingkai Melayu.
Pola-pola rumit diciptakan dengan memperkenalkan benang-benang emas atau perak
ekstra dengan penggunaan sehelai jarum leper.
Tidak
diketahui secara pasti dari manakah songket berasal, menurut tradisi Kelantan
teknik tenun seperti ini berasal dari utara, yakni kawasan Kamboja dan Siam,
yang kemudian berkembang ke selatan di Pattani dan akhirnya mencapai
Kelantan dan Terengganu sekitar tahun 1500-an. Industri kecil rumahan tenun
songket kini masih bertahan di pinggiran Kota Bahru dan Terengganu. Akan tetapi
menurut penenun Terengganu justru para pedagang Indialah yang memperkenalkan
teknik menenun ini pertama kali di Palembang dan Jambi, yang mungkin telah
berlaku sejak zaman Sriwijaya (abad ke-7 sampai ke-11).
Menurut
tradisi Indonesia sendiri, kain songket nan keemasan dikaitkan dengan
kegemilangan Sriwijaya, kemaharajaan niaga maritim nan makmur lagi kaya yang
bersemi pada abad ke-7 hingga ke-13 di Sumatera. Hal ini karena kenyataan bahwa
pusat kerajinan songket paling mahsyur di Indonesia adalah kota Palembang.
Songket adalah kain mewah yang aslinya memerlukan sejumlah emas asli untuk
dijadikan benang emas, kemudian ditenun tangan menjadi kain yang cantik. Secara
sejarah tambang emas di Sumatera terletak di pedalaman Jambi dan dataran tinggi
Minangkabau. Meskipun benang emas ditemukan di reruntuhan situs Sriwijaya di
Sumatera, bersama dengan batu mirah delima yang belum diasah, serta potongan
lempeng emas, hingga kini belum ada bukti pasti bahwa penenun lokal telah
menggunakan benang emas seawal tahun 600-an hingga 700-an masehi. Songket
mungkin dikembangkan pada kurun waktu yang kemudian di Sumatera. Songket
Palembang merupakan songket terbaik di Indonesia baik diukur dari segi
kualitasnya, yang berjuluk “Ratu Segala Kain”. Songket eksklusif memerlukan di
antara satu dan tiga bulan untuk menyelesaikannya, sedangkan songket biasa
hanya memerlukan waktu sekitar 3 hari. Mulanya kaum laki-laki menggunakan
songket sebagai destar, tanjak atau ikat kepala. Kemudian barulah kaum
perempuan Melayu mulai memakai songket sarung dengan baju kurung.
Dokumentasi mengenai
asal-usul songket masih tidak jelas, kemungkinan tenun songket mencapai
semenanjung Malaya melalui perkawinan atau persekutuan antar bangsawan Melayu,
karena songket yang berharga kerap kali dijadikan maskawin atau hantaran dalam
suatu perkawinan. Praktik seperti ini lazim dilakukan oleh negeri-negeri Melayu
untuk mengikat persekutuan strategis. Pusat kerajinan songket terletak di
kerajaan yang secara politik penting karena bahan pembuatannya yang mahal;
benang emas sejatinya memang terbuat dari lembaran emas murni asli.
2.
Sejarah Kain Songket di Lombok
Sebelum
kerajinan Songket menjadi usaha warga desa di sukarare, songket lombok lebih
dulu dikenalkan dari Dusun
Gantar Desa Ganti Kecamatan Praya Timur Lombok Tengah. Hal ini
dikatakan Amak Ati, lelaki berumur 75 tahun Menurut cerita beliau, kerajinan
Songket di Dusun Gantar Desa Ganti Kecamatan Praya Timur ini sudah berlangsung
turun temurun. Bahkan, Menurut Amak Ati, tahun-tahun 80-an masih banyak warga
Sukarare yang belajar membuat Songket di Dusun ini.
Perihal
asal muasal songket, Amak Ati berkisah, tahun 1970-an, ada seorang asal bali
berketurunan India yang dibawa warga ke dusun tersebut dan mengenalkan
kerajinan songket kepada warga. “Kalo songket asli yang dulu nak, dibuat dengan
bahan sutera dan mas, suteranya dibawa dari Arab dan Emasnya dibawa dari India”
Katanya.
Dusun
Gantar termasuk dusun yang dulunya memproduksi songket sangat besar. Bahkan
Bali sering memesan orderan dari warga. Namun, seiring waktu dan tak adanya
generasi yang suka dengan pekerjaan ini, menenun songket mulai
ditinggalkan.sehingga kini, sentra pembuatan songket beralih ke desa sukarare.
B.
PROSES PEMBUATAN KERAJINAN
1.
Kain Tenun Songket
a.
Pengadaan Bahan & Alat
Bahan yang
digunakan dalam pembuatan kain tenun songket adalah :
·
Pewarna
Para penenun menggunakan berbagai
pewarna untuk mewarnai benang tenun. Tenun lombok biasanya memiliki warna-warna
alam seperti hitam dan cokelat. Warna-warna alam ini berasal dari pewarna
alami.
Para penenun menggunakan serat pohon
mahoni untuk cokelat kemerahan, batang jati untuk warna cokelat muda, biji asam
untuk warna cokelat tanah, dan batang pisang busuk untuk cokelat tua. Selain
itu, para warga Sukarara menggunakan campuran anggur dan kulit manggis untuk
bahan warna alami ungu.
Selain menggunakan pewarna alam para
perajin juga menggunakan pewarna kimia untuk warna-warna lain seperti merah
muda, hijau muda, kuning, dan warna-warna yang sulit didapat dari pewarna alam.
Warna alam biasanya dipakai untuk tenun
ikat. Sedangkan songket memiliki warna yang lebih cerah dengan aksen emas.
·
Benang
benang yang digunakan adalah
benang maris dan benang emas. Benang maris biasanay mereka peroleh dengan
carramembelinya langsung di toko. Pada zaman dulu, benang yang digunakan
biasanya benang yang terbuat langsung dari kapas. Untuk benang emas mereka
peroleh juga dengan membelinya ditoko-toko industri.
Alat yang digunakan adalah :
·
Andir ( alat pemintal benang)
·
Erek-erek (alat merapikan benang)
·
Tanek (alat menggulung benang)
·
Alat sesek (yang terdiri dari lekot,
apit, suri, berire, penggun, lelidi, tutuk, jajak, batang, terudat, pemberat)
b.
Membuat Desain
Dalam
pembuatan desain kain songket, penenun biasanya tidak membuat desain dalam
bentuk gambar melainkan langsung membuat kain songket tersebut. Desai songket
yang akan dibuat sudah dikonsepkan dalam pikiran dan langsung dieksplorasi pada
saat menenun kain tersebut. Desain yang dibuat biasanya sesuai dengan pesanan
konsumen dan sesuai yang diinginkan oleh penenun tersebut.
c.
Proses Pengerjaan
a.
Benang-benang yang sudah dibeli
diberikan warna. Pemberian warna pada benang sesuai dengan warna yang
diinginkan. Pewarnaan dilakukan dengan cara direbus dan dijemur hingga kering.
Perebusan dilakukan supaya warna tidak cepat pudar.
b.
Setelah pewarnaan, benang-benang
yang belum beraturan digulung dengan rapi dengan menggunakan erek-erek, agar
mudah di gunakan pada saat proses pembuatan kain tenun (disesek).
c.
Menyusun benang–benang yang telah
dipintal tersebut kedalam alat sesek. Supaya benang-benang tersebut tersusun
secara rapi dan sesuai pola tenun yang dibuat maka digunakanlah alat yang berbentuk
sisir-sisir yang memisahkan benang-benang tersebut secara rapi. Benang disusun
secara vertikal. Adapun panjang lebar
susunan sesuai panjang dan lebar kain yang akan dibuat.
d.
Selain benang yang disusun
vertikal juga disediakan benang dalam gulungan sebanyak warna motif yang akan
dibuat yang akan dimasukkan secara horizontal dengan arah yang berlawanan.
e.
Setelah benang-benang tersebut
tersusun rapi, penenun bisa mulai membuat kain tenun. Dalam pembuatan kain
tenun ini, motif yang mereka buat
biasanya sesuai dengan pesanan para konsumen.
f.
Setelah benang vertikal selesai,
masukkanlah benga yang sudah digulung kedalam sela-sela benangvertikal tadi
secara horizontal dengan arah yang berlawanan
g.
Setiap kali memasukkan benang
horizontal, maka masukkanlah berira untuk merapatkan benang tersebut. Lakukan
berulang kali hinggga menjadi sehelai kain.
2.
Kain Tenun Ikat
a.
Pengadaan Bahan & Alat
Bahan yang
digunakan dalam kain tenun ikat adalah benang (benang maris) dan pewarna. Pewarna yang digunakan dalam pembuatan kain
tenun ikat adalah pewarna alam dan sintesis. Untuk pewarna alam, cama dengan
pewanaan benang untuk kain songket. Para penenun menggunakan serat pohon
mahoni untuk cokelat kemerahan, batang jati untuk warna cokelat muda, biji asam
untuk warna cokelat tanah, dan batang pisang busuk untuk cokelat tua. Selain
itu, para warga Sukarara menggunakan campuran anggur dan kulit manggis untuk
bahan warna alami ungu.
Untuk pewarna kimia biasanya
warna-warna lain seperti merah muda, hijau muda, kuning, dan warna-warna yang
sulit didapat dari pewarna alam.
Sedangkan
alat-alat yang yang digunakan dalam pembuatan kain tenun ikat masih sangat
tradisional yaitu ATBM (Alat tenun Bukan Mesin)
b.
Membuat Desain
Pembuatan
desain dalam kain tenun ikat adalah dengan cara :
1.
Menyusun benang tersebut menjadi
rapi dengan cara benang tersebut diikat pada sebuah alat berbentuk seperti
tempat penjemur pakaian mengggunakan tali rafia. Benang-benang tersebut haris
diikat dengan kencang supaya memudahkan dalam menggambar desain yang akan
dibuat. Setelah diikat, mulaialah desain yang diinginkan digambar pada susunan
benang tersebut. Motif yang biasa
dibuata adalah motif dengan ornamen simetris, segi empat, tumbuhan, burung,
binatang, zig zag dan yang lainnya, yang tersusun secara berderet atau selang
seling.
2.
Setelah pembuatan gambar desain
selesai, selanjutnya pola desain tersebut diikat dengan menggunakan tali rafia
sesuai dengan pola desain yang akan dibuat. Dalam mengikat benang-benang
tersebut harus diikat dengan rapi dan rapat supaya pada saat pewarnaan, desain
yang sudah dibuat tidak rusak atau tercampur dengan warna lain. Pemberian warna
dimulai dengan warna yang gelap dulu kewarna yang lebih muda. Hal ini nertujuan
supaya warna yang lebih muda tidak tertupi oleh warna yang lebih tua tersebut.
c.
Proses Pengerjaan
1.
Pada proses pewarnaan, motif-motif
yang sudah diikat dengan menggunakan tali rafia tersebut dilepas berdasarkan
pola warna yang diinginkan, dan dilanjutkan dengan warna berikutnya. Setelah
itu benang dijemur atau diangin-anginkan. Selanjutnya disusun dalam alat sesek
dengan rapi.
2.
Setelah tersusun rapi, mulailah
penenun menyesek kain tersebut, proses pengerjaannya hampir sama dengan proses
pembutana kain tenun songket, bedanya adalah alat yang digunakan lebih besar
dan diopersikan oleh penenun laki-laki. Sedangkan kain tenun songket biasanya
lebih kecil dan dioperasikan oleh para penenun perempuan. Panjang dan lebar
kain tenun ikat biasanya dibuat sampai puluhan meter.
3.
Kain Batik Lombok
Batik lombok
adalah batik yang prose, alat dan bahan pembuatnya sama dengan batik-batik
lainnya. Batik lombok mempunya ciri khas yaitu pada motif yang dibuat seperti
motif lumbung, tokek, dan motif-motif khas lainnya.
a.
Pengadaan Bahan & Alat
Bahan yang
digunakan yaitu kain katun atau sutra, lilin malam dan pewarna. Pewarna yang
digunakan adalah pewarna alam dan pewarna kimia. Jenis warna alam yang
digunakan sama saja dengan bahan pewarna yang digunakan untuk kain tenun
songket dan tenun ikat.
Alat-alat
yang digunakan antara lain :
1.
Pensil, meja kaca dan gambar
motif pada kertas
Dgunakan
untu membuat atau menggambar motif pada kain dengan cara dijiplak
2.
Pemanas lilin malam
Untuk
menutupi warna pada motif yang diinginkan pada proses pewarnaan
3.
Canting dan kuas
Untuk meletakkan
cairna lilin malam pada kain sesuai dengan mitif. Kuas digunakan untuk
motif-motif yang lebih besar. Sedangkan canting digunakan untuk motif-motif
yang lebih rumit dan kecil.
b.
Membuat Desain
Desain
dibuat dengan menjiplak gambar desain yang sudah ada pada kertas sablon dengan
menggunakan pensil. Letakkan diatas kertas yang sudah ada motifnya, lalu jiplak
dan ikuti gambar sampai selesai.
c.
Proses Pengerjaan
1.
Setelah pola digambar diatas
kain, mulai membatik dengan mengggunakan lilin/malam. Tutupi kain dengan lilin/malam
sesuai pola.
2.
Kain yang sudah diberi lilin/malam
kemudian dicelup untuk mendapat warna.
3.
Kain yang sudah diwarna ini kemudian
diangin-anginkan.
4.
Setelah diangin-anginkan, kain tersebut
masih mengulangi proses nomer 3 (diberi lilin/malam sesuai pola) dan proses
nomer 4 (dicelup warna). Proses ini terus dilakukan hingga diperoleh warna yang
diingankan atau tergantung jumlah warna yang diinginkan pada kain. Lilin/malam mulai
menutupi pola yang mendapatkan warna muda menuju warna lebih tua.
5.
Setelah mendapat warna yang
diinginkan pada kain, selanjutnya kain direbus untuk menghilangkan lilin/malam pada
proses membatik.
6.
Kain diangin-anginkan
7.
Jadilah sebuah kain batik tulis
Lombok. Lamanya pengerjaan sehelai kain batik tergantung pada motif dan warna.
C.
PROSES PEMASARAN
Proses
pemasaran hasil kerajinan dari UD.DHARMA SETIA baik itu berupa songket tenun,
tenun ikat, maupun batik dapat di lakukan dengan pemesanan langsung oleh
konsumen, atau dijajakan dan di pamerkan di Artshop Dharma Setia yang sekaligus
satu lokasi dengan pembuatannya, pemasaran juga di lakukan dengan mengikuti
demo yang sering di adakan oleh pemerintah dalam event pameran dagang. Dengan
begitu pemesanan pun banyak di lakukan oleh turis asing maupun wisatawan luar
daerah, bahkan oleh pemerintah saat akan mengadakan sebuah event. Proses
pembuatan yang lama pun sangat berpengaruh pada harga, sehingga sangat jarang
masyarakat lombok menggunakan atau membeli songket buatan lombok sendiri.
D.
KETERLIBATAN PEMERINTAH
Peran Pemerintah Daerah (Pemda) belum maksimal
untuk mendorong hasil market kain tenun songket khas Lombok. Pembinaan yang
diberikan Pemda pun terkesan "asal sudah", sehingga sebagian besar
pengusaha kain tenun tak bisa berbuat banyak untuk meningkatkan nilai pemasarannya.
Bahkan produk pabrik kain tenun luar daerah bisa masuk ke wilayah Sukarara.
Seperti dalam event pameran dagang pada HARGANAS, pihak Pemda sama sekali tidak
memberikan informasi. Jadi, dalam bidang pemasaran pemerintah tidak memiliki
andil. Pemasaran di lakukan sendiri oleh industri melalui pemesanan ataupun
pembelian langsung yang di lakukan oleh turis mancanegara ataupun wisatawan
luar daerah.
Namun,
Untuk mempertahankan keberadaan tenun Sukarara, Dharma Setya pun sekalian
menjadi semacam koperasi buat para penenun. Karena Sukarara merupakan
satu-satunya tempat pembuatan tenun, Dinas Koperasi dan UKM NTB pun turun
tangan membina para penenun dan pengusaha tenun desa ini. Memang pemerintah
juga ikut turun tangan meskipun tidak maksimal.
PENUTUP
Kerajinan kain tenun di lombok khususnya di Desa Sukerare
didominasi dengan kerajinan kain tenun songket dan kain tenun ikat. Adapun kain
batik lombok masih sangat jarang diproduksi karena masih langkanya perajin kain
batik lombok yang yang bisa menciptakan kain batik khas lombok dengan motif dan
gaya warna yang khas dengan ciri-ciri daerah lombok.
Penggunaan alat sesek kain tenun lombok masih sangat tradisional.
Masyarakat sukerare masih mempertahankan pembuatan kain tenun songket maupun
kain tenun ikat dengan cara tradisinal dan menggunakan pewarna-pewarna alam.
Pemasaran untuk hasil-hasil karya merekapun masih di lakukan
dengan pemesanan langsung oleh konsumen, atau dijajakan dan di pamerkan di
Artshop Dharma Setia yang sekaligus satu lokasi dengan pembuatannya, pemasaran
juga di lakukan dengan mengikuti demo yang sering di adakan oleh pemerintah dalam
event pameran dagang. Dengan begitu pemesanan pun banyak di lakukan oleh turis
asing maupun wisatawan luar daerah, bahkan oleh pemerintah saat akan mengadakan
sebuah event. Proses pembuatan yang lama pun sangat berpengaruh pada harga,
sehingga sangat jarang masyarakat lombok menggunakan atau membeli songket
buatan lombok sendiri.